Gunung Parang (Mount Parang) |
Sejauh ini masih belum ada penelitian resmi ataupun tidak resmi yang mendalam dari pihak-pihak terkait yang berhubungan dengan geologi Gunung Parang ini.
Gunung batu ini sendiri memiliki ketinggian total 963 meter dari permukaan laut, dengan diapit oleh dua bendungan terbesar di Indonesia yaitu Jatiluhur dan Cirata.
Secara administrasi Gunung Parang terletak di Kecamatan Tegalwaru dan menjadi perbatasan antara dua desa yaitu Desa Sukamulya dan Desa Pasanggrahan.
Mitos dan Legenda
Gunung Parang juga dikenal oleh masyarakat Karawang dan sekitarnya adalah Gunung Barang, entah dari mana mereka memperoleh julukan ini.
Di runut dari cerita yang melegenda, bahwa jika ingin memperoleh kekayaan dan kemakmuran, datanglah ke Gunung Parang (aka. Gunung Barang).
Dan sampai saat inipun dibalik keindahan Gunung Parang, masih tersimpan beberapa mitos dan legenda yang beredar di Gunung Parang.
Ada beberapa legenda yang beredar di masyarakat antara lain; Nyai Ronggeng, Ki Pat Tinggi, Ki Jonggrang dan Mbah Jambrong, dan beberapa lainnya, dan masing-masing legenda tersebut saling terkait dan akhirnya berujung pada Kerajaan Padjajaran.
Dan menjadi hal yang wajar jika masyarakat lingkar Gunung Parang masih mempercayai hal-hal di luar nalar yang terjadi seperti teluh (santet), pesugihan, dan lain sebagainya dalam dunia mistis di dunia yang serba modern seperti saat ini.
Masih diperlukan pendalaman sejarah dan budaya yang ada di lingkar Gunung Parang, karena biasanya di balik sebuah legenda, ada sebuah kearifan adi luhung dari nenek moyang sebelumnya.
Gunung Parang (Mount Parang) - Salah satu lokasi Badega |
Dari segi budaya, masyarakat yang tinggal di lingkar gunung Parang didominasi oleh kultur budaya Sunda. Sejalan dengan perkembangan zaman yang ditandai oleh perkembangan teknologi informasi dan komunikasi, masyarakat lingkar Gunung Parang banyak dipengaruhi oleh budaya dari luar.
Namun demikian, budaya masyarakat pada dasarnya tetap bernuansa budaya Sunda dan nilai-nilai agama, terutama agama Islam.
Dirunut dari asal usul nenek moyang masyarakat lingkar Gunung Parang kebanyakan berasal dari wilayah Sukaraja, Kabupaten Tasikmalaya. Namun hal ini masih perlu penelitian lebih jauh tentang asal usul masyarakat yang pertama kali mendiami lingkar gunung ini.
Dari sisi budaya, banyak masyarakat terutama generasi muda yang sudah tidak mengenal adat dan budaya sunda yang menjadi dasar kehidupan mereka saat ini. Dan ini bisa dimaklumi, karena kakek nenek bahkan orangtua mereka tidak menurunkan atau mengajarkan adat dan budaya secara langsung kepada mereka.
Dan dari sisi bahasa pun, masing-masing kampung di lingkar Gunung Parang memiliki aksen bahasa sunda yang berbeda satu sama lain, meski hanya terpisah 2-3 km jaraknya.
Begitu pula dengan karakter dan kehidupan di masing-masing kampung, masing-masing memiliki keunikan dan menambah kekayaan budaya di lingkar Gunung Parang.
Jalan Setapak menuju Bale Fatimah di Badega Gunung Parang |