“ Gunung teu meunang di lebur, sagara teu meunang di ruksak, buyut teu meunang di rempak. Tatangkalan dileuweung teh kudu di pupusti. Leuweung ruksak, cai beak, manusa balangsak ”
Kebakaran hutan di Gunung Parang, Sabtu sore, 3 Oktober 2015 |
Sabtu 3 Oktober 2015 - 15.00pm, Sebuah pelajaran yang sangat
berharga dan tidak bernilai dari Gunung Parang untuk kita semua, bahwa
nilai-nilai luhur dan kearifan yang diwariskan para karuhun telah diabaikan dan
dilupakan.
Kebakaran hutan yang berlangsung selama 2 hari |
Hanya dari sebuah percikan bara api kecil yang berasal dari
kelalaian dan kebodohan manusia yang tidak perduli dan kondisi alam saat itu
berpotensi mengundang bencana, terjadilah kebakaran hebat yang membumi
hanguskan kawasan hutan yang berada disebagian kaki dan puncak Gunung Parang.
Tidak ada yang perlu dipersalahkan disini ataupun mencari
kambing kambing hitam dalam peristiwa kebakaran ini, karena hanya kesia-siaan
saja, dan tidak sebanding dengan kerugian yang terjadi di Gunung Parang saat
ini.
Yang perlu perhatikan bagi semua orang / pendaki / pemanjat
/ wisatawan, ambil hikmahnya atas semua ini, dan patuhi dan hormati segala
aturan-aturan dan nilai-nilai yang ada di Gunung Parang.
Bagaimanapun juga, yang hidup disini bukan hanya manusia,
tetapi juga para binatang dan para karuhun.
Kami atas nama Badega Gunung Parang mengucapkan terima kasih
yang setulusnya kepada Bapak Bupati Purwakarta H. Dedi Mulyadi SH beserta
seluruh jajaran Pemda Purwakarta, DamKar Purwakarta, POLRI, TNI, rekan
Pers dan Media, dan semua pihak tanpa terkecuali yang tidak dapat disebutkan
satu persatu yang telah berjibaku dan meluangkan waktu akhir pekannya untuk
membantu proses pemadaman api di Gunung Parang, semoga Allah Yang Maha Agung
membalas dengan SurgaNya kelak.