Tidak banyak yang mengira, ternyata di dekat Purwakarta, sebuah gunung batu andesit raksasa berada. Gunung yang lebih dikenal dengan nama Gunung Parang, memiliki ketinggian sekitar 900 meter dari permukaan laut.
Gunung batu ini awalnya dikenal di kalangan para pemanjat tebing sejak era tahun 1980-an, dan disamping itu gunung ini juga dikenal di kalangan para peziarah situs-situs bersejarah yang banyak bertebaran di sekitar gunung Parang.
Sebutlah situs makam Nyi Rongge, situs Ki Pat Tinggi, situs Guha Belanda, dan masih banyak situs-situs lainnya yang belum teridentifikasi lebih lanjut sampai sekarang.
Belum lagi hutan yang bertebaran di kaki Gunug Parang, merupakan miniatur hutan tropis yang bermukim ratusan spesies binatang dan tanaman yang sebagian besar adalah dilindungi, seperti Elang Jawa.
Adalah sebuah langkah yang bijak dan tepat, jika inisiatif warga kampung Cihuni yang tergabung dalam Badega Gunung Parang, mencoba menjaga dan melindungi keberadaan Gunung Parang ditengah kondisi penambangan batu yang banyak bertaburan disekitarnya.
Kini hanya tinggallah waktu yang menentukan, apakah Badega Gunung Parang, sebagai benteng terakhir keberadaan Gunung Parang, dapat mempertahankan keberadaan dan kelangsungan hidup beragam spesies, situs bersejarah, seni dan budaya sunda, dan arena panjat tebing terbesar di Indonesia tersebut.
Hanya waktu nanti yang berbicara.