Art & Culture

Batu Belang


Gunung Parang memiliki beragam kisah, seni, dan budaya yang berkembang dari masa ke masa.
Ada beberapa seni dan budaya yang hilang disini, dan ada pula yang masih bertahan sampai saat ini.
Namun beberapa yang bertahan pada akhirnya berasimilasi dengan kebudayaan sekarang, dan sedangkan yang tersisa akhirnya menjadi mitos dan legenda.

Disinilah Badega Gunung Parang mencoba kembali untuk membangun peradaban seni dan budaya yang sempat hilang dari puing-puing, mitos, dan legenda yang ada untuk diceritakan dan digulirkan kelak ke anak cucu nanti.

Jika anda berkunjung ke Badega Gunung Parang, maka sempatkanlah anda untuk berjalan-jalan ke beberapa situs yang ada disini seperti;

BATU BELANG

Sebuah lokasi yang berjarak sekitar 2 km dari Badega Gunung Parang ke arah utara, terletak di tengah sawah.
Di lokasi ini berserakan bebatuan berukuran raksasa yang terbentuk dari erosi yang terjadi pada ratusan juta tahun yang lalu, dan akhirnya membentuk berbagai batuan disini.
Ada salah satu batu raksasa yang berukuran raksasa disini, dan disebut sebagai "Batu Belang", karena dahulu kala konon batu ini tempat berkumpulnya macan kumbang yang sering dijumpai di Gunung Parang, yang biasanya disebut oleh penduduk kampung si "belang".

Di dalam batu masih ada batu, inilah keunikan bebatuan di Gunung Parang

Batu Belang


CAI KAHURIPAN

Adalah sebuah kolam mata air yang terletak di sebelah utara kaki tebing dan masih berada satu komplek di dalam lokasi Badega Gunung Parang.
Dinamakan "Kahuripan" karena konon disinilah para leluhur Gunung Parang berkumpul dan menjadi petilasan mereka, dan airnya dipercaya berkhasiat oleh sebagian kalangan.

Mata Air Kahuripan
Disinilah awal cerita Mbah Jambrong, sebuah mitos tentang seorang kakek sakti yang selalu masuk ke dalam tubuh setiap orang, dan biasanya adalah wanita, dan membuatnya kesurupan.
Beberapa orang mempercayainya sebagai salah satu leluhur karuhun yang masih berdiam di Gunung Parang.

Cai Kahuripan biasanya digunakan juga sebagai tempat pemandian umum yang airnya tidak pernah surut meski musim kering melanda di sekitar Gunung Parang.


KI PAT TINGGI

Sebuah situs bebatuan yang berbentuk pisau "Kujang" (pisau belati dari budaya Sunda) yang ada di komplek pemakaman umum di daerah Cikandang.

Abah Soun
Situs bebatuan yang ditemukan pertama kali oleh Abah Soun, salah seorang Kuncen Gunung Parang wilayah Selatan, melalui sebuah mimpi untuk menggali dan membersihkan hutan di lokasi pemakaman umum yang lama tidak terawat.
Dan inilah cikal bakal makam leluhur yang ada di Gunung Parang, bernama Ki Pat Tinggi.

Situs Batu Ki Pat Tinggi
Abah Soun-lah yang mengawali penataan dan perawatan makam-makam yang berada di kampung Cikandang, kemudian di Kampung Cihuni, dan akhirnya di kampung Cisarua, tanpa dibayar.
Dan dialah yang mengawali cikal bakal membuka sejarah asal usul leluhur di Gunung Parang dan membantu Badega Gunung Parang membuka Gunung Parang secara luas untuk umum secara spiritual.