Wednesday, February 26, 2014

Gunung Parang, sebuah benteng terakhir Elang Jawa

Elang Jawa
Siapa sangka di Gunung Parang yang terletak di kampung Cihuni, desa Sukamulya, Purwakarta adalah habitat beragam binatang liar, diantaranya adalah Elang Jawa (Spizaetus bartelsi / Nisaetus bartelsi)

Burung yang hanya bisa dijumpai di pulau Jawa, Indonesia ini, sejak tahun 1992 ditetapkan sebagai satwa langka oleh Pemerintah Indonesia dan beberapa orang mengindentifikasikannya sebagai burung Garuda, lambang negara Republik Indonesia.

Elang Jawa

Terancam Punah

Elang jawa memiliki jambul yang menonjol dikepalanya dan rentang sayap yang terkadang hampir mencapai 2 meter. Ukuran tubuhnya sendiri berkisar antara 50 sampai dengan 100 centimeter, berbulu coklat gelap pada punggung dan sayap. Jika terbang Elang Jawa selalu bersuara nyaring seolah hanya dialah penguasa wilayah sekitar. Dengan sorot matanya yang tajam dan jelajah terbang yang tinggi, burung ini menjadi menonjol diantara satwa-satwa yang lain di wilayah Gunung Parang.

Secara pasti populasi Elang Jawa berdasarkan informasi terakhir dari para peneliti diperkirakan tinggal 500 ekor yang tersebar di Pulau Jawa sampai saat ini. Dan Badan Konservasi Dunia Perserikatan Bangsa-Bangsa mengategorikannya terancam punah. Konvensi Perdagangan Internasional untuk Flora dan Fauna yang Terancam Punah memasukkannya dalam Apendiks 1 yang berarti mengatur perdagangannya ekstra ketat. Berdasarkan kriteria keterancaman terbaru dari IUCN, Elang Jawa dimasukan dalam kategori Endangered atau “Genting” (Collar et al., 1994, Shannaz et al., 1995). Melalui Keputusan Presiden Nomor 4 Tahun 1993 tentang Satwa dan Bunga Nasional, Pemerintah RI mengukuhkan Elang Jawa sebagai wakil satwa langka dirgantara.

Harapan terakhir di BADEGA

Kawasan Gunung Parang yang masih memiliki hutan liar seluas 70 hektar, yang saat ini dikelola oleh masyarakat secara swadaya melalui BADEGA GUNUNG PARANG. Mencoba untuk membangkitkan kepedulian masyarakat tentang pentingnya menjaga lingkungan, budaya, dan seni yang berbasiskan pada alam.

Dan dikawasan ini pula digalakkan pelestarian lingkungan melalui penghentian penebangan hutan secara membabi buta, mencegah pengrusakan dan penggalian batu, dan vandalisme yang berlebihan di sekitar Gunung Parang itu sendiri,  sampai dengan penataan lingkungan untuk sebuah wisata yang berbudaya.

Melalui BADEGA GUNUNG PARANG, Elang Jawa menaruh harapan terakhirnya untuk tetap hidup di alam pulau Jawa.