Showing posts with label H Dedi Mulyadi SH. Show all posts
Showing posts with label H Dedi Mulyadi SH. Show all posts

Tuesday, September 22, 2015

Ketika para artis "Air Mata Fatimah" bertemu dengan Bupati Purwakarta

Dwika Andika, Bapak H. Dedi Mulyadi, Anindika Widya berpose bersama setelah acara ramah tamah di Pendopo Kabupaten Purwakarta
Siang yang panas di penghujung musim kemarau 17 September 2015, tidak menyurutkan niat kami bersama para kru dan artis film “Air Mata Fatimah” bertemu dengan Bapak H. Dedi Mulyadi SH, selaku Bupati Purwakarta di Pendopo Kabupaten.

Bersama kami ada Dwika Andika, Anindika Widya, dan sutradara Oka Mahadi beserta kru dari PH Cosmics, sekaligus menyerahkan undangan pemutaran perdana film Air Mata Fatimah dan perkembangan Badega Gunung Parang sejauh ini.

Bupati Purwakarta, Bp. H Dedi Mulyadi SH, menyampaikan salam pembukaan untuk pemutaran film "Air Mata Fatimah"

Secara tidak langsung Bapak H. Dedi Mulyadi SH, menyampaikan pesan dan kesan tentang film Air Mata Fatimah yang telah mengambil lokasi syuting di Badega Gunung Parang, yang secara tidak langsung telah mengangkat salah satu keindahan alam di Purwakarta.

Dan beliau juga menyampaikan visi dan misinya ke depan tentang pengembangan pariwisata di Purwakarta dan lingkar Gunung Parang khususnya. 
Diharapkan melalui film Air Mata Fatimah, kabupaten Purwakarta semakin dikenal lagi di Indonesia.

Badega Gunung Parang bersama para artis dan kru "Air Mata Fatimah"
Tidak hanya berhenti disini, PH Cosmic yang diwakili oleh sutradara Oka Mahadi menyampaikan rencananya untuk membuat satu film lagi yang akan mengambil tempat masih di lingkar Gunung Parang dan sekitarnya, dengan mengambil cerita yang bertemakan religi dan pendidikan.

Pada akhirnya, semua komponen bersinergi di Badega Gunung Parang, mulai dari budayawan, politikus, dan petualang, serta orang kampung untuk membawa nama Indonesia melalui sebuah film.

Bukankah ini sebuah cerita yang indah?


Tuesday, September 15, 2015

Film Air Mata Fatimah siap tayang 1 Oktober 2015

Sebuah film drama Indonesia dengan sentuhan religi, "Air Mata Fatimah" akan tayang tanggal 1 Oktober 2015 di seluruh bioskop di Indonesia.

Film yang dibintangi diantaranya oleh Dwi Andhika, yang kali ini berperan sebagai Ichsanudin, pacar Fatimah.
Karakter Fatimah diperankan oleh Syarifah Reihan, bintang baru yang hadir di jagad perfilm Indonesia.
Serta didukung oleh artis-artis senior dan pendatang baru antara lain Syarifah Reihan Afridila - Anindika Widya - Dwi Andhika - Reza Pahlevi - Dwi Sartika - Ali Kribo - Jian Batari - Oka Sugawa - Vikri Rasta - Violeta Mongi - Jajang C. Noer - Yafi Tesa Zahara

Apa hubungannya dengan Badega Gunung Parang?

Film yang mengambil lokasi sepenuhnya di Badega Gunung Parang, yang menggambarkan situasi kehidupan jaman dahulu kehidupan masyarakat desa di kaki sebuah Gunung.

Syuting film ini sendiri berlangsung selama hampir 20 hari di Badega Gunung Parang, dengan membawa seluruh perlengkapan, kru dan artis ke lokasi.
Bersama kami dengan seluruh kru dan artis film,  semua berjibaku untuk menuntaskan film ini tanpa memikirkan kondisi alam yang sangat buruk, karena berada di penghujung musim hujan.

Awalnya tim produksi dari COSMIC Production House melihat potensi keindahan alam yang ada di Badega Gunung Parang dan beberapa kisah perjalanan Badega Gunung Parang yang tidak jauh berbeda dengan plot utama cerita di film Air Mata Fatimah, tentang keikhlasan dan kesabaran.

Inilah kesabaran yang berujung manis, Film "Air Mata Fatimah" kini siap tayang dan dapat dinikmati oleh seluruh dunia.

Selamat menonton !


Air Mata Fatimah @2015

Monday, July 28, 2014

Pilih petualanganmu di Badega Gunung Parang

Gunung Parang memiliki beragam pesona, dari mulai alamnya yang eksotis, seni budayanya yang khas sunda, sampai dengan penduduknya yang ramah.
Membuat siapa saja yang berwisata disini jatuh cinta pada Gunung Parang.

Sudah tidak terhitung wisatawan dari mancanegara ataupun nasional menghabiskan waktunya di Badega Gunung Parang. 
Hanya sekedar memanjat tebing, menikmati alamnya, atau mungkin hanya bermalas-malasan menghabiskan waktunya disini.

Tor & Diana, dua sejoli dari Denmark yang kompak di dapur

Sebut saja dua sejoli dari negara musim dingin dari benua Eropa, Denmark, Tor dan Diana. Yang menghabiskan waktunya hampir dua minggu hanya untuk menikmati keeksotisan alam Gunung Parang dan sekitarnya. 

Diana yang ahli memasak makanan Vegetarian, memasak sendiri makanannya di dapur

Mereka sepertinya larut dalam kehidupan kampung ala Badega Gunung Parang. Bergaul bersama penduduk sekitar, menikmati makanan kampung, bahkan ikut berlebaran di tengah kampung Cihuni.

Dua sejoli yang menghabiskan liburan musim dingin di Badega Gunung Parang

Ditengah arus arus modernisasi yang demikian deras dan pengrusakan alam yang menggerus sebagian wilayah Tegalwaru sekitarnya atas nama ekonomi dan kesejahteraan.
Badega Gunung Parang mencoba memberikan dan menunjukkan kepada semua tamu dan warga kampung bahwa alam tidak perlu dirusak, gunung tidak perlu dihancurkan, kampung harus di rawat, karena itu akan memberikan manfaat bagi semua kehidupan dan memberikan dampak ekonomi juga bagi masyarakat.

Tor dan Diana adalah salah satu dari sekian banyak tamu kami yang memilih petualangannya di Badega Gunung Parang, dan mereka memilihnya dan mereka menikmatinya!


Pilih petualanganmu di Badega Gunung Parang


Sebuah kenikmatan berliburan yang tidak ada basa-basi disini.


Kuliner di kaki Gunung Parang

Sebutlah anda saat ini berada di bawah kaki Gunung Parang, di sebuah surga yang hilang. Dari beragam kegiatan petualangan dan aktifitas yang telah anda lakukan, kini saatnya untuk mengisi perut anda.


Nasi Liwet ala Badega Gunung Parang (Photo Courtesy by Adrianus Kus Widjayanto)
















Yang patut anda coba adalah makan nasi liwet lengkap dengan sambal, teri, tahu, dan tempe, serta lalapan segar. Memang sederhana sekali menunya, tetapi jangan salah, disinilah kenikmatannya dan rasakan sensasinya!

Dan setelah kenyang, anda bisa menikmati camilan Pisang Goreng dengan seduhan Teh Poci hangat, sambil memandangi panoraman Gunung Parang yang memikat.

Sudah Selesai ?



Pisang Goreng & Teh Poci Badega Gunung Parang (Photo Courtesy by Adrianus Kus Widjayanto)

Petulangan kuliner masih belum selesai disini...


Anda bisa bertandang ke rumah-rumah penduduk dan merasakan Tape Ketan 'ala' Kampung Cihuni, yang katanya memiliki rasa unik dan edan se Purwakarta dan kampung-kampung lainnya. 


Konon keunikan rasanya dikarenakan di masak menggunakan mata air Gandasoli Kahuripan yang terletak di kaki Gunung Parang. Dan mata air ini berasal langsung dari dalam bumi dan keluar melalui rekahan-rekahan batu Gunung Parang. 


Dahsyat !



Tape Ketan Cihuni & Kelapa Muda (Photo Courtesy by Ida Lim)

Akhirnya, kita tutup petualangan kuliner dengan meminum air kelapa muda langsung yang diambil dari pohon kelapa yang banyak tumbuh disana.

Hmm... Nikmat sudah hidup ini..


Selamat Hari Raya Idul Fitri (Happy Eid Mubarak 1435 Hijriah)


Seluruh Keluarga
BADEGA GUNUNG PARANG
mengucapkan 
Selamat Hari Raya Idul Fitri 1435 Hijriah
Mohon Maaf Lahir dan Batin
Semoga amal ibadah kita selama bulan Ramadhan diterima disisi Nya dan mengampuni segala dosa, kilaf dan kesalahan kita selama ini.

Sabar dan Ikhlas akan segala ujian adalah kunci untuk merengkuh Rahmat Nya
Amin Ya Rabb

Thursday, June 5, 2014

Mengangkat Seni dan Budaya ditengah kritikan

Bapak H Dedi Mulyadi SH, Bupati Purwakarta, membuka acara Pesta Seni & Budaya, 28 Mei 2014

Tidak dipungkiri ketika ide acara ini digulirkan sudah menuai banyak kritikan, kecaman, dan ejekan, bahkan ada juga yang memuji.
Ki Soun membawa Tumpeng Ruwatan

Tapi pihak Badega Gunung Parang, bersikukuh bahwa acara Pesta Seni dan Budaya akan tetap digelar setelah Pesta Rakyat. Dan dalam satu bulan, Badega Gunung Parang menggelar berturut-turut dua kali acara berskala besar. Sungguh suatu hal yang tidak mungkin jika dilihat dari sumber daya yang ada.

Namun, dengan penuh keyakinan dan keikhlasan, akhirnya terlaksana sudah dua gelaran Pesta Seni dan Budaya di kaki Gunung Parang, yang pertama tanggal 21 Mei 2014, acara PESTA RAKYAT dan yang kedua tanggal 28 Mei 2014 acara PESTA SENI DAN BUDAYA.
Semuanya diselenggarakan sepenuhnya oleh pihak BADEGA GUNUNG PARANG, dan tentu saja dibantu penuh oleh Pemerintah Daerah Kabupaten Purwakarta serta Kampung Seni Urang Sunda - KASUNDA.


Ki Soun (Badega) dan Kang Deni (Kasunda) berdiskusi sebelum acara
Acara ini menjadi tonggak sejarah baru bagi Seni dan Budaya Sunda, karena sepenuhnya acara semacam ini belum pernah digelar sama sekali di kaki Gunung Parang.
Bahkan beberapa seni dan budaya Sunda yang diangkat sudah tidak dikenal lagi oleh warga kampung sekitar Gunung Parang.  
Kang Yunus membawa Padi

Hampir satu bulan penuh Kampung Seni Urang Sunda (KASUNDA) yang dipimpin oleh Kang Asep dan Kang Deni beserta krunya, bahu membahu bersama Badega Gunung Parang memperkenalkan seni dan budaya Sunda di kalangan warga.

Ditengah kecaman, cacian, dan bahkan makian beragam pihak, Badega Gunung Parang bersama KASUNDA terus menggulirkan ide kreatif ini di tengah warga kampung sekitar Gunung Parang, dan alhamdulillah akhirnya diterima dengan tulus ikhlas.

Sebuah perjuangan yang tidak mengenal lelah dan layaknya sebuah bibit Seni dan Budaya Sunda kini telah disebar di seluruh kaki Gunung Parang, dan tinggal menunggu panennya kelak, Semoga berbuah manis!


Tarian kreasi Bupati Purwakarta


Tuesday, June 3, 2014

Sejarah baru telah diukir di Gunung Parang

Ki Soun membacakan Rajah
Rabu, tanggal 21 Mei 2014, adalah hari yang dinantikan oleh semua warga kampung Cihuni dan warga kampung lainnya yang ada dilingkar Gunung Parang. 


Inilah Pesta Rakyat 
Bagaiamana tidak ditunggu-tunggu, acara yang awalnya akan kita gelar sejak bulan Maret 2014, ternyata harus diundur beberapa kali karena jadwal Bupati Purwakarta, Bapak H Dedi Mulyadi SH, sangat padat, sedangkan beliau berkeinginan sekali untuk menghadiri acara ini.
Beragam cibiran, kritikan, cacian, bahkan pertanyaan, menghujam kami di Badega Gunung Parang, tentang jadinya acara ini. Namun kami tetap berkeyakinan bahwa acara siap kami gelar dengan segala resiko dan 
kondisi yang terjadi nantinya.



Legenda Nyi Ronggeng seolah hadiri di malam ini
Beberapa warga kampung bahkan mempertanyakan apakah acara ini digelar atau tidak, begitu pula beberapa rekan media, kerabat, dan semua orang mengajukan pertanyaan yang sama.

Awalnya kami cukup gentar dengan pagelaran acara ini, karena disatu sisi kami hanya sebagai warga kampung biasa yang tidak memiliki dana cukup untuk gelaran akbar ini, hanya bermodal nekad dan keyakinan saja. 


Celempung dan Karinding turut dimainkan

Tapi disisi lain, rekan-rekan kami dari Kampung Seni Urang Sunda (KASUNDA) mendukung kami untuk bahu membahu mempertajam ide dan kreatifitas bersama anak-anak kami dari mulai kampung Cihuni, Cikandang, dan Cisarua di Badega Gunung Parang.

Pagelaran akbar ini, tidak terlepas dari bantuan total dari pihak KASUNDA yang sudah sebulan penuh mempersiapkan acara ini tanpa memperhitungkan lagi waktu, tenaga, dan perasaan yang terbuang, semuanya totalitas untuk pengembangan seni dan budaya di lingkar Gunung Parang.
Kang Wawan, Ketua Badega Gunung Parang
Dan tibalah berita tanggal 16 Mei 2014, Jumat sore hari, ketika kita baru saja meeting dari Purwakarta. Salah seorang staf protokoler Bupati, mengabarkan kepada kami bahwa acara minta diundur kembali tanggal 28 Mei 2014, karena Bapak Bupati Purwakarta akan menghadiri acara lain.
Bagai disiram air ditengah gelegak api kreatifitas yang membara, pupus sudah harapan kami!

"Tuhan tidak tidur kok!", seru Mang Yunus, salah satu penggagas Badega Gunung Parang, "Kita teruskan saja, toh! semua sudah siap", tegasnya.
"Soal sound system apa adanya aja, kan acara tahun baru kemarin kita bisa".

Seperti sebuah teh manis di pagi buta, memberi semangat dan harapan untuk rekan-rekan KASUNDA dan anak-anak muda lainnya yang mempersiapkan acara ini.

Tanpa berpikir panjang lagi, semua orang sepakat kalau acara tanggal 21 Mei 2014 nanti jadi digelar, apapun hasilnya.


Dan akhirnya, malam PESTA RAKYAT BADEGA GUNUNG PARANG digelar tepat pada waktunya, tanpa kehadiran seorang Bupati Purwakarta dan aparat pemerintahan lainnya, kecuali Bapak Camat Tegalwaru.

Bapak Camat Tegalwaru membuka acara
Dengan penuh khidmat, acara dibuka dengan pembacaan Rajah oleh Ki Soun, salah seorang Badega Gunung Parang, yang sehari-hari menjaga situs makam Ki Pat Tinggi.

Hening dan khusuk pembacaan rajah dengan diiringi oleh dentuman Go'ong Tiup (sebuah terompet bambu). 
Bau dupa menyengat dengan tiupan angin yang menghentak tiba-tiba, menandakan alampun bersama kami menikmati acara ini.


Citra, sang penari Jaipong


Seni Kaulinan Anak yang sudah lama hilang di lingkar Gunung Parang
Dengan kekuatan yang tidak biasa, Citra, seorang penari jaipong dari KASUNDA, menghentakkan kakinya di tegalan sawah yang menjadi panggung alami malam ini. Seolah menghidupkan kembali legenda Nyi Ronggeng di kaki Gunung Parang.

Semua khusuk, semua bergembira, dan semua larut, bahkan alampun ikut hanyut dengan bintang gemintang yang bertaburan di angkasa.

Sebuah sejarah baru terukir di kaki Gunung Parang, sebuah seni dan budaya yang telah lama hilang kembali dihadirikan oleh Badega Gunung Parang dan Kampung Seni Urang Sunda (KASUNDA) dari Rancaekek Bandung.


Padi dan Tumpeng menyimbolkan syukur atas rejeki yang diberikanNYA
Inilah persembahan yang paling indah dari Rakyat untuk Rakyat!




Tuesday, May 27, 2014

Pesta Seni & Budaya di Badega Gunung Parang, 28 Mei 2014


Pesta Seni dan Budaya di Badega Gunung Parang akan diadakan tanggal 28 Mei 2014, acara yang digagas oleh Badega Gunung Parang dan Pemerintah Kabupaten Purwakarta, akan berlangsung mulai pagi sampai tengah malam.

Acara ini juga diisi oleh bakti sosial (Pengobatan Gratis dan Khitanan Masal) untuk masyarakat sekitar Gunung Parang dan malamnya dilanjutkan dengan acara Apresiasi Seni dan Budaya.

Diharapkan acara ini dapat memberi manfaat bagi masyarakat dan sekali merengkuh beragam tujuanpun tercapai demi pengembangan sosial, ekonomi dan budaya masyarakat di sekitar Gunung Parang.

Wednesday, April 23, 2014

Gunung Parang Sang Pusaka


Gunung Parang dan kampung sekitarnya

Sebuah perjalanan tanpa akhir

Jika berbicara tentang Badega Gunung Parang, maka kita harus berbicara sebuah perjalanan tanpa akhir.
Karena disini kami terus bekerja untuk pengembangan sumber daya manusia yang kelak melanjutkan perjuangan dan cita-cita perintisan Badega Gunung Parang.

Disini, kami tidak hanya membuat sebuah wisata yang sederhana. Tetapi mungkin paling komplek sedunia, bagaimana tidak, disini kami harus memikirkan pengembangan sumber daya manusia sampai dengan pengembangan kawasan wisata Gunung Parang. Dengan harapan suatu saat nanti disini akan menjadi kawasan wisata yang bermanfaat bagi warga sekitar, bukan oleh para investor.
Karena sudah banyak lokasi wisata yang hancur karena tidak terkelola dengan baik dan hancur karena ketidakmampuan masyarakat mengelolanya dan akhirnya tergerus oleh investasi yang membabi buta tanpa ada penataan.

Masalah ini sebenarnya sudah dipikirkan sejak awal pembuatan 'master plan' untuk Badega Gunung Parang, dari segi sosio budaya, lingkungan, dan dampaknya. Karena bagaimanapun hasil akhir dari wisata ini diharapkan akan kembali kepada masyarakat sekeliling Gunung Parang.

Dengan niat tulus dan ikhlas, kita memulai perjalanan tanpa akhir di Badega Gunung Parang.



Thursday, March 20, 2014

Merintis Jalur Via Ferrata di Tower 3, Gunung Parang

Rencana Jalur Via Ferrata di Tower 3, Gunung Parang

Melihat perkembangan dunia panjat tebing yang semakin banyak orang awam ingin mencobanya, maka Badega Gunung Parang mengantisipasinya dengan mencoba sebuah rute baru di gunung Parang dengan menggunakan teknik VIA FERRATA.

Teknik ini sangat sederhana, dimana seorang pemanjat hanya mengaitkan 2 pasang karabiner ke sebuah kawat baja yang menempel di tebing dan mengikuti jalur yang sudah dibuat, sehingga kemungkinan untuk jatuhpun semakin kecil, serta faktor keselamatan semakin terjamin.

Hanya dibutuhkan 2 karabiner dan Lanyard untuk menikmati jalur ini


Diharapkan dengan dibukanya rute baru ini dapat menyerap beberapa tenaga kerja dan membuka ekonomi baru di sekitar Gunung Parang.

Wednesday, March 19, 2014

Jalur sejuta umat di Tower 3


Rute Pemanjatan - Kopassus (Tower 3)
.
Ada beberapa jalur pemanjatan di Gunung Parang, tetapi ada satu jalur pemanjatan yang paling populer sampai saat ini yaitu di Tower 3, rute pemanjatan ini lebih dikenal sebagai jalur Kopassus.

Karena awalnya memang dirintis oleh Skygers bersama-sama TNI Kopassus, selanjutnya digunakan oleh mereka berlatih disini beberapa kali, sebelum akhirnya Pasukan Khusus TNI ini pindah ke Tower 2 untuk lokasi latihannya.

Dan sesuai dengan perkembangannya, jalur ini sempat direstorasi oleh beberapa pemanjat lainnya sampai dengan kondisi yang sekarang.

Sayang sekali hal ini tidak terdokumentasikan dengan baik sebelumnya, sehingga, pihak Badega Gunung Parang kesulitan siapa-siapa saja pihak yang membuat sampai dengan merestorasi jalur ini.

Sampai sekarang jalur ini relatif lebih ramai dikunjungi daripada jalur-jalur pemanjatan lainnya yang ada di sekitar Gunung Parang, karena relatif lebih dekat aksesnya dan lebih sesuai untuk para pemula belajar, meski tidak mudah untuk dipanjat.

Jalur Kopassus memiliki tingkat kesulitan bervariasi dari Grade 5.8 sampai dengan 5.11 di beberapa etape pemanjatan.
Dengan jumlah teras (pitch) 8 sampai dengan 9 jika ingin diteruskan ke puncak Tower 3.
Namun biasanya para pemanjat menyelesaikan pemanjatan pada teras ke 7 karena selebihnya harus memanjat semak belukar.


Tipe Jalur Sport

Jalur ini sudah terpasang bor pengaman dari bawah sampai atas dengan kondisi beberapa di pitch 3 ke atas sudah sedikit berkarat, namun masih bisa dipakai sebagai pengaman. 
Kedepannya akan segera direstorasi oleh pihak Badega Gunung Parang untuk meningkatkan faktor keselamatan pemanjatan nantinya.
Dengan bor yang terpasang dari bawah sampai atas, jalur ini bisa dikategorikan jalur sport. 
Namun tidak menutup kemungkinan, di beberapa titik jika pemanjat ragu bisa menggantikannya dengan alat pengaman pegas (Friend / Cam) atau paku (piton).



Jalur Panjat ke Teras 1
Di awali dengan celah memanjang tegak lurus ke atas, pemanjatan dilakukan. Di etape ini pemanjat banyak menggunakan teknik menjejal tangan dan kaki pada celah tersebut. Dan teknik ini berakhir sampai pada teras pertama.


Teras Kedua - Ketiga

Dari teras kedua, pemanjat dapat melanjutkan pemanjatan dengan memanfaatkan beberapa rekahan maupun tonjolan yang cukup banyak.
Kemiringan dinding sekitar 60' - 70 dengan Grade sekitar 5.9,  cukup mudah dilalui jika pemanjat dapat memanfaatkan keseimbangan disini.
Sampai akhirnya pemanjat dapat beristirahat di teras kedua.


Jalur Panjat ke Teras 2



Jalur Air Terjun


Pada etape teras kedua dan ketiga pemanjat tidak akan menemukan kesulitan yang berarti, karena pengaman bor cukup banyak. Dan tingkat kesulitan masih berkisar di 5.9, relatif tidak begitu sulit bagi para pemula.

Namun memasuki etape teras ketiga dan keempat, pemanjat akan menemui sedikit kesulitan (Crux) di bagian celah besar.
Karena pada rute ini jika hujan turun menjadi air terjun mini, dan cukup merepotkan jika harus memanjatnya.
Jalur Panjat ke Teras 3

Jalur Panjat ke Teras 4
Namun jika cuaca cerah, jalur ini juga tidak kalah menyulitkan karena pegangannya yang minim, dan jika ingin mudah dapat melalui celah yang besarnya tubuh orang dewasa. 

Di teras keempat, pemanjatan dilanjutkan dengan berpindah (traverse) ke kiri, menyusur celah dibawah dinding menggantung (overhang) dan menjumpai selanjutnya teras kelima yang jaraknya hanya sepuluh meter.




Bolt to Bolt

Pemanjatan dari teras kelima dan keenam, dilanjutkan dengan teknik pemanjatan menggunakan alat / tangga (aid climbing), karena pemanjat harus melaluinya dengan mengaitkan tangga dari hanger satu ke hangar lainnya sampai mencapai teras keenam.

Jalur ini lebih dikenal dengan jalur 'bor tu bor' (bolt to bolt). 


Jalur Panjat ke Teras 6

Di teras ke enam, pemanjatan bisa dilanjutkan dengan melalui celah yang banyak ditumbuhi semak belukar, dan selanjutnya bisa bermalam dibawah ceruk batu jika ingin bermalam diatas sana, untuk melanjutkan pemanjatan dihari berikutnya, atau bisa langsung turun lagi ke bawah.


Semua tergantung keputusan dan kondisi fisik masing-masing pemanjat.






Cuaca terbaik

Adalah bulan Juni - September, cuaca terbaik untuk memanjat di Gunung Parang.
Mengingat di luar bulan-bulan itu, hujan akan sangat mengganggu pemanjatan, karena menyebabkan batuan andesit ini sangat licin.

Dan disarankan jika memanjat di musim panas, para pemanjat untuk membawa air yang banyak karena akan lebih mudah terserang dehidrasi.


Jalur Panjat ke Teras 7






Pengaman lainnya

Disarankan untuk membawa pengamanan cadangan seperti pengaman pegas (friend / cam) atau pengaman paku (piton), atau pengaman penjejal (chockstone), jika ingin memanjat rute pemanjatan lainnya.

Untuk keselamatan, disarankan juga membawa bor (Rockpack / Hand Drill) dengan beberapa mata bor dan penggantung (hanger).






Jangan tinggalkan sampah

Untuk para pemanjat yang memanjat di Gunung Parang, disarankan untuk membawa sampah-sampahnya kembali turun. 
Hal ini untuk menjaga kelestarian dan kebersihan tebing Gunung Parang agar bisa dinikmati para pemanjat berikutnya.


Informasi

Silahkan menghubungi pihak Badega Gunung Parang (+62 8787 4708230)  jika ada pertanyaan, klarifikasi, dan konfirmasi atas jalur ini.

Wednesday, March 12, 2014

Badega Gunung Parang menjadi benteng terakhir di Gunung Parang



Tidak banyak yang mengira, ternyata di dekat Purwakarta, sebuah gunung batu andesit raksasa berada. Gunung yang lebih dikenal dengan nama Gunung Parang, memiliki ketinggian sekitar 900 meter dari permukaan laut.

Gunung batu ini awalnya dikenal di kalangan para pemanjat tebing sejak era tahun 1980-an, dan disamping itu gunung ini juga dikenal di kalangan para peziarah situs-situs bersejarah yang banyak bertebaran di sekitar gunung Parang.
Sebutlah situs makam Nyi Rongge, situs Ki Pat Tinggi, situs Guha Belanda, dan masih banyak situs-situs lainnya yang belum teridentifikasi lebih lanjut sampai sekarang.

Belum lagi hutan yang bertebaran di kaki Gunug Parang, merupakan miniatur hutan tropis yang bermukim ratusan spesies binatang dan tanaman yang sebagian besar adalah dilindungi, seperti Elang Jawa.

Adalah sebuah langkah yang bijak dan tepat, jika inisiatif warga kampung Cihuni yang tergabung dalam Badega Gunung Parang, mencoba menjaga dan melindungi keberadaan Gunung Parang ditengah kondisi penambangan batu yang banyak bertaburan disekitarnya.

Kini hanya tinggallah waktu yang menentukan, apakah Badega Gunung Parang, sebagai benteng terakhir keberadaan Gunung Parang, dapat mempertahankan keberadaan dan kelangsungan hidup beragam spesies, situs bersejarah, seni dan budaya sunda, dan arena panjat tebing terbesar di Indonesia tersebut.

Hanya waktu nanti yang berbicara.