Showing posts with label gunung. Show all posts
Showing posts with label gunung. Show all posts

Tuesday, October 27, 2015

Taraje Beusi (a.k.a Via Ferrata) di Badega Gunung Parang

Tidak perlu bisa memanjat tebing untuk menikmati rute Via Ferrata (a.k.a TARAJE BEUSI)
Seperti yang sudah direncanakan di awal pembangungan Badega Gunung Parang di akhir tahun 2013, sebuah lintasan Via Ferrata (Tangga Besi) yang berada di dinding Utara Gunung Parang (Tower 3) selesai di bangun oleh tim panjat tebing Badega Gunung Parang.

Pekerjaan pemasangan tangga besi yang sepenuhnya dilakukan oleh anak-anak muda kampung ini, sangat mencengangkan dan patut dibanggakan, karena dalam waktu singkat mereka berhasil membuka jalur baru, sekaligus memasang tangga besi secara bersamaan.

Dibangun dengan penuh kearifan karena rute ini adalah rute turun temurun para pencari kayu bakar jaman dahulu untuk mencapai puncak Gunung Parang (Tower 3), sehingga bagi anak-anak muda yang terlibat dalam pekerjaa ini, rute Via Ferrata ini sudah tidak asing lagi.



As planned at the beginning of the construction of Badega Mount Parang at the end of 2013, a Via Ferrata (Iron Stairs) in the north wall of Mount Parang (Tower 3) has been built completed by a Badega Gunung Parang's climbing team.

Installation work iron ladder fully carried out by young people of this village, is surprising and proud, because in a short time they managed to open a new climbing route, while simultaneously installing iron staircase.


Built with great wisdom because routes are hereditary firewood seekers antiquity to reach the summit of Mount Parang (Tower 3), so that the young people involved in this work, Via Ferrata route is already familiar.


TARAJE BEUSI (a,k.a VIA FERRATA) di Badega Gunung Parang
Jalur baru ini diberi nama sesuai dengan nama lokal dari bahasa sunda yaitu TARAJE BEUSI (taraje = tangga / beusi = besi)

Cukup sediakan Rp. 150,000 / orang (Termasuk Alat dan Guide), anda sudah bisa menikmati petualangan seru TARAJE BEUSI (a.k.a VIA FERRATA) di dinding Gunung Parang, tanpa harus bisa memanjat tebing.

Nah tunggu apalagi, segera datang dan nikmati petualangan Via Ferrata rasa lokal di Badega Gunung Parang !

Pemesanan layanan : Hotline Badega Gunung Parang +62 8787 470 8230



The new route is named according to the local name of Sundanese language, namely TARAJE BEUSI (taraje = ladder / beusi = iron)

The cost is Rp. 150,000 / person (Including Gear and Guide), you can enjoy exciting adventures Taraje BEUSI (aka VIA Ferrata) in the wall of Mount Parang, without having to climb.

Well what are you waiting, soon to come and enjoy the local flavor adventure Via Ferrata in Badega Gunung Parang!


Booking services: Badega Gunung Parang Hotline +62 8787 470 8230


Petualangan rasa lokal di Badega Gunung Parang

Monday, October 12, 2015

Ketika 4 Gunung di Purwakarta Bersatu

Komunitas Wisata 4 Gunung di Purwakarta

Dan mimpi itu akhirnya menjadi sebuah kenyataan ketika para pengelola wisata alam yang berada di 3 desa di Purwakarta, bersatu dalam sebuah wadah komunitas wisata 4 gunung yaitu Gunung Parang, Gunung Bongkok, Gunung Lembu dan Gunung Anaga.

Ide-ide liar yang dicetuskan oleh para pengelola wisata menjadi sebuah bola salju yang semakin besar dan tidak dapat dibendung lagi, ketika semua bergerak ke satu titik untuk menjadikan wisata alam sebagai nilai tambah dari perekonomian warga kampung sekitar.

Dan langkah ini adalah perintisan awal untuk membangun pondasi ekonomi kreatif melalui jalur wisata dan budaya di sekitar gunung Parang, Bongkok, Anaga, dan Lembu.

Komunitas Wisata 4 Gunung di Purwakarta


Komunitas yang dibentuk pada hari Minggu tanggal 11 Oktober 2015, jam 20.00 secara bulat telah memilih Bp. H. Jajang sebagai ketua komunitas dengan dibantu oleh beberapa orang dari masing-masing kelompok ke empat gunung tersebut.

Tujuan dari pembentukan komunitas ini adalah untuk saling bekerjasama dalam beragam bidang pariwisata dan pemberdayaan masyarakat sekitar, serta menjadi tempat musyawarah untuk bersama-sama membahas beragam isu dan pemecahannya.
Dan diharapkan kedepannya, akan terjadi sinergi bersama untuk mengangkat pariwisata ke tingkat internasional dan memberi dampak positif bagi warga sekitar.

Wisata Alam Gunung Lembu

Dengan semangat "Dari Kita untuk Kita", komunitas ini membuktikan bahwa pariwisata di Purwakarta sedang menggeliat dan menunjukkan bentuknya ke arah yang positif tanpa bantuan dari pihak manapun.

Dan ini membuktikan bahwa warga kampung pun bisa profesional !






Tuesday, October 6, 2015

Kebakaran hutan melanda Gunung Parang

“ Gunung teu meunang di lebur, sagara teu meunang di ruksak, buyut teu meunang di rempak. Tatangkalan dileuweung teh kudu di pupusti. Leuweung ruksak, cai beak, manusa balangsak ”

Kebakaran hutan di Gunung Parang, Sabtu sore, 3 Oktober 2015

Sabtu 3 Oktober 2015 - 15.00pm, Sebuah pelajaran yang sangat berharga dan tidak bernilai dari Gunung Parang untuk kita semua, bahwa nilai-nilai luhur dan kearifan yang diwariskan para karuhun telah diabaikan dan dilupakan.

Kebakaran hutan yang berlangsung selama 2 hari
Hanya dari sebuah percikan bara api kecil yang berasal dari kelalaian dan kebodohan manusia yang tidak perduli dan kondisi alam saat itu berpotensi mengundang bencana, terjadilah kebakaran hebat yang membumi hanguskan kawasan hutan yang berada disebagian kaki dan puncak Gunung Parang.

Tidak ada yang perlu dipersalahkan disini ataupun mencari kambing kambing hitam dalam peristiwa kebakaran ini, karena hanya kesia-siaan saja, dan tidak sebanding dengan kerugian yang terjadi di Gunung Parang saat ini.

Yang perlu perhatikan bagi semua orang / pendaki / pemanjat / wisatawan, ambil hikmahnya atas semua ini, dan patuhi dan hormati segala aturan-aturan dan nilai-nilai yang ada di Gunung Parang.

Bagaimanapun juga, yang hidup disini bukan hanya manusia, tetapi juga para binatang dan para karuhun.

Kami atas nama Badega Gunung Parang mengucapkan terima kasih yang setulusnya kepada Bapak Bupati Purwakarta H. Dedi Mulyadi SH beserta seluruh jajaran Pemda Purwakarta, DamKar Purwakarta,  POLRI, TNI, rekan Pers dan Media, dan semua pihak tanpa terkecuali yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah berjibaku dan meluangkan waktu akhir pekannya untuk membantu proses pemadaman api di Gunung Parang, semoga Allah Yang Maha Agung membalas dengan SurgaNya kelak.

Gunung Parang, 3 - 4 Oktober 2015 15.00pm - Di Atas Api

Tuesday, September 22, 2015

Gunung Parang selintas pandang

Gunung Parang (Mount Parang)
Gunung Parang yang terletak di wilayah kabupaten Purwakarta, adalah gugusan pegunungan batuan andesit purba yang terjadi dari sebuah  intrusi, yaitu magma (bahan gunung api) yang menerobos menuju ke permukaan namun keburu membeku sebelum muncul ke permukaan untuk menjadi gunung api.  Sejalan dengan waktu, tanah di atas intrusi ini tererosi dan akhirnya memunculkan gunung ini.
Sejauh ini masih belum ada penelitian resmi ataupun tidak resmi yang mendalam dari pihak-pihak terkait yang berhubungan dengan geologi Gunung Parang ini.

Gunung batu ini sendiri memiliki ketinggian total 963 meter dari permukaan laut, dengan diapit oleh dua bendungan terbesar di Indonesia yaitu Jatiluhur dan Cirata.
Secara administrasi Gunung Parang terletak di Kecamatan Tegalwaru dan menjadi perbatasan antara dua desa yaitu Desa Sukamulya dan Desa Pasanggrahan.

Mitos dan Legenda

Gunung Parang juga dikenal oleh masyarakat Karawang dan sekitarnya adalah Gunung Barang, entah dari mana mereka memperoleh julukan ini.
Di runut dari cerita yang melegenda, bahwa jika ingin memperoleh kekayaan dan kemakmuran, datanglah ke Gunung Parang (aka. Gunung Barang).

Dan sampai saat inipun dibalik keindahan Gunung Parang, masih tersimpan beberapa mitos dan legenda yang beredar di Gunung Parang.

Ada beberapa legenda yang beredar di masyarakat antara lain; Nyai Ronggeng, Ki Pat Tinggi, Ki Jonggrang dan Mbah Jambrong, dan beberapa lainnya, dan masing-masing legenda tersebut saling terkait dan akhirnya berujung pada Kerajaan Padjajaran.

Dan menjadi hal yang wajar jika masyarakat lingkar Gunung Parang masih mempercayai hal-hal di luar nalar yang terjadi seperti teluh (santet), pesugihan, dan lain sebagainya dalam dunia mistis di dunia yang serba modern seperti saat ini.

Masih diperlukan pendalaman sejarah dan budaya yang ada di lingkar Gunung Parang, karena biasanya di balik sebuah legenda, ada sebuah kearifan adi luhung dari nenek moyang sebelumnya.

Gunung Parang (Mount Parang) - Salah satu lokasi Badega
 Sejarah yang hilang

Dari segi budaya, masyarakat yang tinggal di lingkar gunung Parang didominasi oleh kultur budaya Sunda. Sejalan dengan perkembangan zaman yang ditandai oleh perkembangan teknologi informasi dan komunikasi, masyarakat lingkar Gunung Parang banyak dipengaruhi oleh budaya dari luar.
Namun demikian, budaya masyarakat pada dasarnya tetap bernuansa budaya Sunda dan nilai-nilai agama, terutama agama Islam.

Dirunut dari asal usul nenek moyang masyarakat lingkar Gunung Parang kebanyakan berasal dari wilayah Sukaraja, Kabupaten Tasikmalaya. Namun hal ini masih perlu penelitian lebih jauh tentang asal usul masyarakat yang pertama kali mendiami lingkar gunung ini.

Dari sisi budaya, banyak masyarakat terutama generasi muda yang sudah tidak mengenal adat dan budaya sunda yang menjadi dasar kehidupan mereka saat ini. Dan ini bisa dimaklumi, karena kakek nenek bahkan orangtua mereka tidak menurunkan atau mengajarkan adat dan budaya secara langsung kepada mereka.

Dan dari sisi bahasa pun, masing-masing kampung di lingkar Gunung Parang memiliki aksen bahasa sunda yang berbeda satu sama lain, meski hanya terpisah 2-3 km jaraknya.
Begitu pula dengan karakter dan kehidupan di masing-masing kampung, masing-masing memiliki keunikan dan menambah kekayaan budaya di lingkar Gunung Parang.

Jalan Setapak menuju Bale Fatimah di Badega Gunung Parang

Wednesday, August 19, 2015

TARAJE Sebuah Via Ferrata ala Kampung



Via ferrata umumnya berkonotasi dengan kawat dan tangga baja, tetapi di Badega Gunung Parang, kami membuatnya melalui bahan alami, berupa tangga-tangga kayu dari pepohonan hutan yang sudah patah dan berusia tua.


Tangga-tangga kayu ini kami pasang di dinding utara Gunung Parang sepanjang hampir kurang lebih 500 meter, dan membuatnya sebuah lanskap yang unik di tengah hutan.


Dengan tangga-tangga ini, para wisatawan tidak perlu lagi menempuh waktu yang lama untuk mencapai puncak tertinggi Gunung Parang yaitu Puncak Triangulasi, karena perjalanan dapat ditempuh sekitar 1,5 jam saja naik, dan 1 jam perjalanan turun.


Perbedaan yang cukup mencolok jika wisatawan menempuh rute lama pendakian Gunung Parang yang memakan waktu hampir 3 jam dan 2 jam turun, total 5 jam perjalanan pulang pergi.

Ke depan, rute TARAJE ini akan dilengkapi dengan beberapa pos-pos peristirahatan dan kawat-kawat baja pengaman, tetapi tetap mempertahankan tangga-tangga kayu dalam konstruksinya.


Jika ingin merasakan sensasi berbeda dalam mendaki gunung Parang, coba rute TARAJE sebuah via ferrata ala kampung di Badega Gunung Parang.

TIKET MASUK DAN CARA KESANA

Cukup membeli tiket Rp.10,000/orang, dan melapor di Badega Gunung Parang, wisatawan sudah bisa menikmati rute TARAJE.



Bagi wisatawan yang ingin menginap di lokasi BATU DATAR, sebuah tempat berkemah yang telah disediakan di bawah puncak Gunung Parang, wisatawan dapat melapor terlebih dahulu di Badega Gunung Parang, hal ini bertujuan untuk memonitor dan menjaga para wisatawan dari hal-hal yang tidak diinginkan, mengingat Gunung Parang masih disakralkan bagi sebagian penduduk disini.

Untuk rute menuju kemari, silahkan melihat peta rute yang telah tersedia di situs ini.

Selamat berpetualang !






Thursday, July 30, 2015

Alamat Website Baru !

Jangan bingung jika anda menemukan alamat yang berbeda di internet untuk website Badega Gunung Parang, yang saat ini anda kunjungi.

Kami sengaja membuat 2 alamat website untuk memudahkan anda mengingat kami di internet, 

Alamat pertama adalah http://kampungcihuni.blogspot.com

Dan alamat kedua adalah http://badegaparang.blogspot.com

Semua isi dari situs tersebut adalah sama, hanya saja akan menambah ruang media penyimpanan foto-foto dan video dari kami yang semakin hari semakin membludak.

Sengaja situs ini kami buat sesederhana dan seinformatif mungkin, agar anda dan semua orang yang ingin mengetahui tentang Badega Gunung Parang dan daerah sekitarnya dapat mengaksesnya, walau hanya menggunakan handphone yang paling sederhana sekalipun atau menggunakan jaringan internet terbatas.

Selamat mengeksplorasi situs kami ini.

Alamat website http://badegaparang.blogspot.com

Thursday, January 29, 2015

Disini Setiap Orang Bisa Memanjat Tebing

Welcome to Badega Gunung Parang's Climbing Playground



Banyak yang mengira olahraga panjat tebing adalah olahraga yang sulit dan berbahaya.
Dikatakan sulit jika kita melihatnya dari kacamata umum, tetapi tidak bagi yang mau mempelajari teknik dasar.

Everyone can climbing here


Dikatakan berbahaya jika kita tidak mematuhi prosedur keamanan yang berlaku di olahraga ini.

Di Badega Gunung Parang, semua teknik dasar sampai teknik yang paling ekstrim di dunia panjat tebing diperkenalkan agar semua orang tahu dan paham setiap resiko yang timbul nantinya.

Fun Climbing


Tidak perlu takut, karena anda akan ditemani oleh para instruktur yang berpengalaman dan mereka tahu sampai sebatas mana anda mampu memanjat.

Tidak peduli siapa anda, kami akan ajak anda memanjat tebing dengan menyenangkan.

Selamat datang di tanah para pemanjat tebing !

Thursday, January 22, 2015

Jalur Baru di Tower 3

Jalur Panjat terbaru di Tower 3, Gunung Parang
Jalur baru di Tower 3 Gunung Parang telah dibuat oleh Miftah bersama-sama para pemanjat kampung Cihuni. Jalur yang dibuat ini menggabungkan antara jalur "sport" dan "trad", sehingga memberikan pilihan yang menarik bagi para pemanjat nantinya.

Jalur yang diberi nama "Cihuni Sakti / Mbah Jambrong" memiliki tingkat kesulitan yang bervariasi dari 5.9 - 5.11 sampai di Pitch 5, selanjutnya meningkat sampai 5.12 - 5.14,. tergantung jalur yang dipilih di atas

Yang lebih menarik lagi, di jalur ini para pemanjat bisa beristirahat atau bermalam di ketinggian 200 meter di sebuah rekahan batu yang bisa menampung 10 orang.
Ruang yang cukup besar ini dulunya adalah sarang burung elang dan beberapa burung lainnya, namun saat ditemukan ruangan ini sudah lama ditinggalkan.
Asumsi kami banyak predator dari telur-telur elang yang dengan mudah mencapai tempat ini seperti monyet atau lutung jawa, sehingga elang dan burung-burung lainnya mencari tempat yang lebih aman.

Di Pitch 5, terdapat sebuah teras besar yang menjadi sebuah gerbang awal dari jalur-jalur "gila" yang akan dibuat oleh Miftah dan kawan-kawan, dan kita menyebut teras ini sebagai 'Flying Camp'.
Di teras ini pula, kita bisa menginap cukup nyaman karena teras ini mampu menampung sekitar 10 orang pula, dan pemandangan di atas sini sangat menarik karena bisa melihat bendungan Jatiluhur dan Cirata dari ketinggian, serta sunrise yang mengagumkan jika cuaca cerah.

Dari 'Flying Camp' kita bisa memilih rute-rute panjat lainnya diatas sini.

Nah siapa yang mau mencoba ?

Wednesday, January 14, 2015

"Sexy" nya alam Purwakarta

Siapa bilang Purwakarta hanya pusat kerajinan keramik terbesar di Indonesia yang ada di Plered,  atau bendungan terbesar di Jatiluhur, atau kolam ikan terbesar di Wanayasa, kayaknya semua serba besar ya di Purwakarta, sampai-sampai air mancur di tengah kota yang namanya Situ Buleud dibuat besar juga, dan konon terbesar se Asia.


Mount Parang (East Face)

Purwakarta juga memiliki gunung batu terbesar se-Asia, namanya Gunung Parang. Dan malah gunung batu ini menjadi ikon provinsi Jawa barat.
Gunung Parang yang terletak di dua desa yaitu Desa Sukamulya untuk sisi Timur dan Desa Pasanggrahan untuk sisi Barat.
Disinilah arena panjat tebing kelas dunia berada, dan gunung ini menjadi teater alam untuk olahraga ekstrim lainnya.


Mount Parang (North Face)


Di kaki gunung Parang inilah terhampar beragam pemandangan yang spektakuler, dari mulai hamparan sawah-sawah terasiring sampai dengan hamparan bebatuan sebesar rumah, ditambah lagi nun jauh disana jika kita melihat dari atas terhampar bendungan Jatiluhur dan Cirata, sungguh "Sexy" sekali pemandangannya.


Padi terace at Badega Gunung Parang

Cobalah datang ke Badega Gunung Parang, sebuah tempat wisata petualangan dan tradisional yang terletak di kampung Cihuni, pada  bulan Januari sampai Agustus, kita akan menemukan pemandangan sawah terasiring sejauh mata memandang terhampar hijau menyegarkan.


Padi Terace at Badega Gunung Parang

Nah tunggu apalagi ?

Ayo berlibur ke Purwakarta dan temukan pemandangan alam yang "sexy" disana.

Tuesday, December 23, 2014

Bangga jadi orang Purwakarta

Sebuah kebanggaan tersendiri jika anak-anak muda dari SMA Negeri 3 Sukatani, mengatakan mereka bangga memiliki Badega Gunung Parang sebagai tempat wisata yang berbeda di Purwakarta.

Berlatih di alam bersama SMA Negeri 3 Sukatani

Ditambah lagi mereka bisa berinteraksi dengan tamu-tamu internasional lainnya yang menginap di Badega Gunung Parang
Selain belajar di alam, mereka juga bisa belajar mengasah kemampuan bahasa inggrisnya disini dengan tamu-tamu lainnya.
Sebuah persahabatan antar bangsa pun terjalin dengan hangat disini, tidak membedakan suku, agama, ras, dan asal.

Semua melebur dalam kehangatan khas Badega Gunung Parang

Persahabatan antar bangsa terjalin dengan hangat disini

Jangan berwisata ke Badega Gunung Parang, BAHAYA !

Jika anda pernah mendengan kalimat di atas, memang benar adanya !

Disini anda jangan berharap lebih dan mendapati pelayanan memuaskan dari kami, disini anda jangan meminta sesuatu yang umum dijumpai atau tersedia di tempat wisata-wisata lainnya.

Lupakan itu semua !

Jamie dan kawan-kawan ketika berkunjung ke Badega Gunung Parang


Di Badega Gunung Parang, anda kami ajak keluar dari zona nyaman berwisata, dan menemukan sesuatu yang hilang dari hidup anda, yaitu PETUALANGAN !!!

Jika anda berpikir ini bukan tempat wisata yang layak, memang benar adanya !

Sebastian dan rombongan setelah pembuatan film panjat tebing


Karena kami tidak menyediakan kelayakan ataupun kenyamanan, tetapi kami mengajak anda untuk belajar tentang alam dengan segala kelebihannya dan manusia dengan segala kekurangannya.

Lihatlah diri anda, apakah anda siap kemari ?

Sebuah tantangan menanti anda disini

Emil dan kawan-kawan, setelah belajar panjat tebing di Badega Gunung Parang

Monday, December 22, 2014

Belajar dan Bermain di Alam

SMK Negeri 3 Sukatani
Belajar di alam, sudah bukan lagi sebuah ekstra kurikuler, tetapi sebuah kebutuhan dalam mendidik para siswa untuk lebih mengenal alam sekitarnya.
Demikian yang dilakukan oleh para Siswa SMK Negeri 3 Sukatani, mereka menghabiskan waktu akhir pekannya di Badega Gunung Parang untuk belajar dan bermain.

Wednesday, December 17, 2014

Perjalanan Badega Gunung Parang (Bagian Kedua)

Badega Gunung Parang

Hari ini, tepat tanggal 17 Desember 2014, Badega Gunung Parang berusia 1 tahun, sebuah perspektif baru untuk sebuah gerakan kepedulian untuk sebuah Gunung dan kehidupan yang lebih baik telah muncul.

Perjalanan ini masih panjang, tetapi beragam kisah telah lahir seperti sebuah bayi yang terlalu cepat untuk dilahirkan. 

Dan ini menjadi takdir bagi kita semua di Badega Gunung Parang, bahwa membangun sebuah rumah dari sebuah mimpi adalah tidaklah mudah, perlu perjuangan dan bahkan pengorbanan.

Tidak ada cerita bahwa Gunung Parang akan menjadi bongkahan gunung emas, dengan kita hanya berdiam dan menyombongkan diri, tanpa kita mampu menyepuhnya.
Dan hanya bualan belaka bahwa kita adalah pembuat sejarah disini, tanpa kita meneruskan dan mewujudkan sejarah itu.

Mimpi besar lahir dari sebuah pikiran dan ide gila, dan untuk mewujudkannya adalah sebuah perjuangan di lautan kesabaran yang tiada akhir.

Tidak mudah dan tidak sulit, hanya dibutuhkan keyakinan !


Alam menunjukkan jalannya


Alam telah memilih dengan sendirinya, Alam telah menunjukkan jalannya kepada kita semua.

Tanpa kita sadari kita melangkah dituntun melalui arah yang telah ditentukan, tanpa kita pahami awalnya mengapa kita harus melakukannya dalam membangun Badega Gunung Parang.

Dan di akhir barulah kita memahami semua proses itu, dan tanpa perlu lagi kita memperdebatkannya.
Alam memang menuntun kita dengan indah dalam berproses membangun Badega Gunung Parang.


Bale Semah di Badega Gunung Parang

Zona demi zona mulai dibuka di kaki Gunung Parang, masalah demi masalah datang silih berganti, seolah sebuah proses.
Dan di akhir waktu, zona yang telah dibuka kembali ditutup, karena memang tidak layak untuk dibuka.

Awalnya kita tidak paham mengapa zona yang sudah dibuka harus ditutup, tetapi dengan berprosesnya waktu, barulah kita memahaminya.

Alam telah menunjukkan jalannya.


Satu Tumbang Satu Tumbuh !


Bagai sebuah bunga di alam liar, satu berguguran di telan musim, dan bibit baru tumbuh di pucuk musim.
Inilah sebuah proses regenerasi alami yang terjadi di Badega Gunung Parang, tanpa harus kita turut campur didalamnya.

Biarkan bunga yang sudah layu dan pohon yang mati tumbang dengan sendirinya, dan bibit-bibit bunga dan tanaman yang segar bermunculan, karena alam sudah mengaturnya.



Bunga Semusim, Bunga Bakung

Kita tidak pernah memusingkan sebuah generasi akan hilang dengan sendiri, karena ketidaksabaran dan egonya masing-masing.
Tapi kita akan pusing jika sebuah generasi tumbuh tanpa memiliki rasa dan asa untuk hidup lebih baik.

Sekali lagi, satu tumbang maka satu tumbuh !

Sebuah Perspektif Baru


Tanpa harus meminta, tanpa harus menangis, proses pembangunan Badega Gunung Parang terus berjalan meski tertatih-tatih.

Bukannya tidak meminta dan memohon, semua sudah berjalan dan berproses, dan beragam cara sudah dilakukan dengan sengaja dan tidak disengaja, tapi yang ada adalah sebuah harapan di ruang kosong.

Seperti rayap membangun rumahnya, sedikit demi sedikit Badega Gunung Parang terus membentuk zona demi zona di kaki Gunung Parang sampai dengan puncaknya.
Semua dilakukan untuk melindungi Gunung Parang dari perambahan hutan dan perburuan liar satwanya, dan Badega Gunung Parang hanya memanfaatkan kecantikan Gunung Parang!

Jangan ditanya, berapa banyak dokumen dan rancang bangun beragam zona di Badega Gunung Parang yang sudah dibuat dan direncanakan, mungkin saat ini sudah masuk ke halaman ke seribu !
Semua lengkap dan mungkin lebih lengkap dari sebuah proyek pembangkit listrik. Hah?

Ilmu rayap kita gunakan untuk melangkah dan membangun.
Tidak ada yang tidak mungkin, semua berjalan dengan perlahan tapi pasti.

Dan sebuah perspektif sebuah wisata baru telah lahir !

Baca juga Bagian Pertama




Wednesday, December 10, 2014

Akhir Dari Perjalanan Keliling Dunia

Sabrina, Tower 3, Mt. Parang


Siapa mengira jauh-jauh dari Jerman dan bekerja di Australia, dan pada akhirnya berlabuh di Badega Gunung Parang untuk mengakhiri perjalanan keliling dunianya di tahun 2014.
Seorang gadis, cantik dan masih muda, 23 tahun, namanya Sabrina, membuat sebuah kejutan dan warna baru di tempat kami, dalam beberapa minggu dia tinggal disini.

Sabrina on Pitch 3, Mt. Parang, Badega Gunung Parang, Indonesia

Dimulai dari kedatangannya yang tiba-tiba tanpa ada informasi sama sekali, dan terdampar di Stasiun Kereta Api, Bandung, dan kesasar di Wanayasa setibanya di Purwakarta.
Beruntung sekali, dia diantar oleh Petugas Keamanan Stasiun Kereta Api Purwakarta yang baik hati sampai di tempat kami dengan selamat.

Awalnya dia mengungkapkan ingin memanjat Gunung Parang, namun membawa peralatan yang minim serta seorang diri, dan hanya tinggal beberapa hari di Badega Gunung Parang.
Setelah mengisi formulir pendaftaran tamu, kami menyarankan dia untuk beristirahat dan melupakan kesulitan yang dia tempuh beberapa hari ini selama di Indonesia.

Mushroom Park, once in a year, she is really lucky.

Hari demi hari dilalui di Badega Gunung dengan memanjat dan hanya memanjat ditemani oleh guide kami. Dan hanya beberapa hari libur digunakan untuk jalan-jalan bersama kami ke Garut dan Bandung sekedar melepas lelah dan rutinitas memanjat.
Namun sekali lagi, gadis ini tampaknya lebih suka menyendiri di Badega Gunung Parang dan asyik dalam dekapan alam Gunung Parang.

Dan Sabrina memang membawa warna tersendiri bagi kami dan semua orang, termasuk rekan-rekan dari KOPASUS yang sedang berlatih di Gunung Parang.
Sepertinya tidak ada batasan lagi antara dia sebagai tamu dan kami disini, semua bergembira bersama di malam perpisahan rekan-rekan KOPASUS, dan Sabrina adalah bintangnya !

She is a Star !

Tidak terasa, waktupun cepat berlalu, sudah hampir dua minggu, dan Sabrina harus kembali ke Jerman karena visa kunjungannya akan habis dua hari lagi, dan kamipun mengantarnya kembali ke Stasiun Bandung untuk membeli beberapa oleh-oleh dan langsung bertolak ke Jakarta menggunakan kereta api.
Dan mengakhiri perjalanannya keliling dunia di tahun 2014.

Setiap ada pertemuan pasti ada perpisahan, namun di hati kami, Sabrina seorang gadis muda Jerman, memberikan perspektif baru kepada kami tentang sebuah ikatan persahabatan yang tulus, bukan hanya sekedar tamu.

Selamat jalan, sampaikan salam kami kepada keluarga di rumah !

Auf Wiedersehen !

Thursday, November 13, 2014

Repotnya membuat film tentang panjat tebing

Tidak terbayangkan sebelumnya kedatangan rombongan dari Perancis untuk memanjat dan membuat film tentang panjat tebing di Gunung Parang.
Awalnya banyak sekali permintaan dan pertanyaan yang harus direspon, namun akhirnya kami bisa mengatasinya.


Betapa repotnya membuat film di atas dinding Gunung Parang

Dan rombongan yang dipimpin oleh Bastien akhirnya tiba di Badega Gunung Parang, dan beberapa orang lagi baru tiba malamnya.
Rombongan yang tiba pagi hari sudah langsung menuju kaki dinding Gunung Parang setelah mereka membongkar semua peralatan yang dibawa, sebagian peralatan lagi mereka menyewa dari kami.


Camera "ACTION !"

Diskusi demi diskusi kecil dilakukan untuk pemanjatan yang sempurna, dan sungguh suatu pelajaran buat kita disini, apapun langkah yang dilakukan harus dipikirkan matang-matang.
Kerepotan demi kerepotan yang timbul di atas tebing, tidak membuat mereka panik, namun tetap tenang.
Ini terjadi ketika mereka tidak membawa 'head lamp' ketika hari sudah mulai gelap, mereka menggantinya dengan lampu 'blitz / speed light' kamera kecil untuk mengecek ulang peralatan panjat sebelum mereka turun.


Memulai pemanjatan

Malamnya rombongan dari Perancis ini menikmati nasi liwet dan makanan kampung yang disajikan, dan satu persatu mengucap selamat malam untuk beranjak ke peraduan.



Saturday, November 1, 2014

私たちの家へようこそ

Welcome to Badega Gunung Parang for Yamaki-San and Friends,

Jauh-jauh dari negara Jepang, mencoba pengalaman baru di dinding Gunung Parang dan tanpa kenal usia mereka menghabiskan akhir pekannya di Tower 2 dan Tower 3.
Benar-benar gila, dan patut ditiru semangat juang mereka masing-masing.

Di akhir hari, mereka mencoba untuk merasakan buah asli orang sunda, Jengkol!
Di makan mentah dan beragam ekspresi dan ungkapan keluar, dan tidak dinyana, ternyata mereka menyukainya.

Apapun alasan dan tujuan anda, kami menghaturkan terima kasih telah berkunjung di Badega Gunung Parang.

Yamaki-san and Friends

Their Package so simple

Trying sundanese fruit is 'Jengkol'

Playing 'Egrang', a sundanese kid toy



Perjalanan Badega Gunung Parang (Bagian Pembuka)

Jika bertutur tentang Badega Gunung Parang, kita bertutur tentang keikhlasan dan kesabaran untuk sebuah gunung batu terbesar di Asia Tenggara.

Bersama Bupati Purwakarta, Bp. H Dedi Mulyadi SH

Beragam perjalanan hidup ada disini mulai dari petani, pengangguran, pekerja non formal ataupun profesional, mantan preman, sopir truk, buruh pabrik, pejabat, pensiunan semua dengan satu tujuan!

Menjaga dan dijaga Gunung Parang untuk masa depan kelak, bukan untuk hari ini tetapi untuk masa depan.

Disini beragam profesi dan latar belakang berkumbul mengolah rasa dan asa di Badega Gunung Parang

Ini bukan tempat wisata yang sekedarnya, ini tentang sebuah akumulasi perjalanan puluhan tahun bahkan ratusan tahun, yang akhirnya membuncah di akhir tahun 2013. Dan jika dihitung oleh para leluhur tahun itu berjumlah 5 (lima) sesuai dengan shalat 5 (lima) waktu yang menjadi pilar dasar agama Islam.

Dan amanah pun di emban dengan keikhlasan dan kesabaran

Di Badega Gunung Parang, semua orang terus belajar tentang kehidupan dan budaya yang berkelanjutan, mengolah rasa dan asa, menyatukan jiwa dengan seluruh isi alam dan pemilik Nya.
Dan akhirnya hanya tinggal memilih sisi hitam atau sisi putih, sudah tidak ada lagi abu-abu disini, karena para leluhur sudah memilihkannya untuk kita disini, memilih masa depan masing-masing.

Ketika Amanah diemban, maka seluruh konsekuensinyapun di tanggung

Ketika ramalan para leluhur satu persatu mulai membuncah, dan seluruh 'Dangiang' bersimpuh kembali di Gunung Parang, maka kesabaran dan keikhlasan kembali diuji pada titik nadir para Badega Gunung Parang.

Suka atau tidak suka, kita menerima dan mengemban amanah para leluhur dan para dangiang yang ada disini untuk menjaga dan dijaga Gunung Parang, dalam pertempuran hawa nafsu duniawi yang tiada habis.

Dari yang tua dan yang muda menyatukan asa dan rasa di Badega Gunung Parang

Tidak dapat dipungkiri, ketika Badega Gunung Parang mulai membuka tirai kelambu penutup Gunung Parang ke seluruh dunia, beragam konsekuensipun mau tidak mau harus siap ditanggung.
Beragam penyakit hati dari yang positif sampai dengan yang negatif, menghujam lurus ke arah para Badega.

Namun dibalik semua ini, ada sisi lain yaitu Gunung Parang mulai menjejakkan pengaruhnya di bumi dan mengenalkan dirinya ke pentas dunia, dan mulailah menarik para pemerhati yang sebelumnya tidak pernah memikirkannya.

Bersama-sama Mengantar Gunung Parang ke pentas dunia

Orang dari beragam pelosok menghampirinya, ada yang berniat baik dan tulus, ada yang berniat mengeksploitasinya, ada yang berniat menggagahinya, semua nafsu duniawi mengitari Gunung Parang, seperti semut yang mengitari gula, sungguh manis.

Menjaga dan Dijaga oleh Gunung Parang (kutipan wejangan H. Dedi Mulyadi SH, Bupati Purwakarta)

Namun kami dengan kerendahan hati dan jiwa selalu berdoa atas nikmat dan amanah yang harus diemban ini.
Berat memang, tetapi harus kami tanggung semua konsekuensinya, baik pahit ataupun manis.
Karena sesungguhnya Gunung Parang akan memilih, bukan untuk dipilih, yang terbaik untuk anak cucu kita di masa depan.

Bale Semah tempat berkumpul para Badega Gunung Parang

Dan di Badega Gunung Parang semua hawa nafsu, keserakahan, emosi, ditanggalkan, dan kita telanjang dalam lautan rasa dan asa.

Babak baru tentang perjalanan kita pun dimulai