Showing posts with label film. Show all posts
Showing posts with label film. Show all posts

Wednesday, December 21, 2016

Tahu Gak sih? Ulang tahun TRANS7 di Via Ferrata Gunung Parang

Sebuah program Tau Gak Sih dari TRANS7 mencoba untuk meliput Via Ferrata di Gunung Parang.
Inilah hasilnya ! Selamat menikmati....
Yuk buruan kemari guys....


Sunday, November 13, 2016

Friday, October 23, 2015

Olahraga Ekstrim Dalam Sebuah Film dengan Citarasa Indonesia

Sang Director, Fikri Hidayat, mengarahkan para pemain di ketinggian 350 meter di dinding Tower 2 Gunung Parang
(Credit Photo : Kompas.Com / Wahyu P)

Cukup banyak film yang bercerita tentang olah raga ekstrim seperti panjat tebing, mendaki gunung, meniti tali, lompat bebas,  tapi itu di luar negeri, tidak di dalam negeri.
Dan cukup banyak iklan yang berlatar belakang olahraga ekstrim yang dibuat oleh para sutradara, tapi itu sutradara luar negeri, bukan sutradara asli Indonesia.

Quite a lot of films that tells about extreme sports like rock climbing, mountaineering, slackline, base jump, free fall, but it is abroad, not in Indonesia.
And quite a lot of advertising background extreme sports made by the director, but the international director, not native Indonesia director.

Berangkat dari ide-ide liar dari seorang Fikri Hidayat, salah seorang editor dari Kompas.Com yang sebelumnya telah membuat sebuah film pendek 'Manusia Cecak dari Gunung Parang', sebuah film dokumenter yang bercerita tentang pemajatan "Free Solo" yang pertama di Gunung Parang, terutama di Asia, oleh seorang anak kampung Cihuni, Miftah.


Departing from wild ideas of a Fikri Hidayat, one of the editors of Kompas.Com who has previously made a short film 'Geckos Man from Mount Parang', a documentary that tells the story of the first "Free Solo" Climbing on Mount Parang, particularly in Asia, by a Cihuni village boy, Miftah.

Sebuah babak baru film petualangan ekstrim di Indonesia

Film ini menjadi sebuah  babak baru film dokumenter tentang dunia panjat tebing di Indonesia, karena pertama kalinya pemanjatan bebas tanpa tali dan pengaman dilakukan di Indonesia, khususnya di Gunung Parang.
Dan terlebih lagi oleh seorang anak kampung Cihuni, yang besar dan hidup di kaki Gunung Parang, dan terbilang baru mengenal dunia panjat tebing profesional.
Gebrakan film dokumenter 'manusia cecak' membawa dunia panjat tebing di Indonesia ke tingkat yang lebih ekstrim lagi, dan membuat sebuah rekor baru di Indonesia dan Asia tentunya.

The film became a new chapter documentary about the world of rock climbing in Indonesia, for the first time solo free climbing in Indonesia, particularly in the Mount Parang.
And moreover by a Cihuni village boy, large and live at the foot of Mount Parang, and relatively new to the world of professional rock climbing.

The breakthrough documentary 'Geckos Man from Mount Parang' brings the world of rock climbing in Indonesia to a more extreme level, and create a new record in Indonesia and of course Asia.

Dari sini, Fikri Hidayat, melanjutkan proyeknya kembali dengan membuat sebuah film petualangan ekstrim di Gunung Parang, sekali lagi dengan Miftah yang disandingkan dengan Abiyoga, seorang talent yang tidak mengenal bahkan memanjat tebing sama sekali, dengan latar belakang yang bercerita tentang petualangan panjat tebing di dinding Gunung Parang.

From here, Fikri Hidayat, continuing the project back by creating an extreme adventure film on Mount Parang, again with Miftah coupled with Abiyoga, a talent who do not know even a rock-climbing at all, with a background that tells about the adventures climbing wall Mount Parang.

Suplai 50 Liter Air dalam 24 jam

Ide cerita yang gila, dan persiapan yang singkat, tidak menyurutkan niat untuk mengejar hasil yang maksimal dengan tenggat produksi yang ketat. 
Tim Kompas.Com dan Badega Gunung Parang akhirnya dapat menyelesaikan proyek film ini dengan  nilai faktor keselamatan yang memuaskan.

The idea of a crazy story, and the preparation is short, do not dampen the intention to pursue the maximum results with rigorous production deadlines.

Kompas.Com team and Badega Gunung Parang finally able to complete the film project with a satisfactory safety factor value.

Suplai logistik yang harus diselesaikan dalam tempo 24 jam 

Suplai logistik, terutama air di musim kemarau yang melanda di Gunung Parang, juga merupakan sebuah hambatan yang perlu diperhitungkan dan memerlukan sebuah strategi tersendiri. Karena jangan sampai semua tim yang sedang melakukan syuting di atas ketinggian dinding Gunung Parang menderita dehidrasi.
Untuk itulah suplai air sebanyak hampir 50 liter per hari diperlukan tenaga ekstra yang membuat tim pendukung harus bolak-balik naik turun dari Base Camp ke Pitch 6 (kurang lebih setinggi 350 meter) dalam kurun waktu 24 jam, yang membuat pergerakan tim sedikit terhambat, namun pada akhirnya bisa terselesaikan juga.

Logistics supply, especially in the dry season which struck at Mount Parang, is also an obstacle that needs to be taken into account and requires a separate strategy. Because not to all the teams who are shooting above the height of the walls of Mount Parang suffering from dehydration.

For this reason water supply as much as nearly 50 liters per day needed extra power makes the support team had to go back and forth up and down from Base Camp to Pitch 6 (approximately as high as 350 meters) within a period of 24 hours, which makes the movement of the team slightly delayed, but eventually be resolved as well.

Jatuh 10 Meter di ketinggian 450 meter !

Bagi pemanjat tebing, jatuh dari tebing adalah hal biasa jika melalui jalur-jalur sulit.
Tapi mungkin ceritanya akan lain, jika adegan jatuh diperankan oleh talent yang tidak pernah memanjat tebing sama sekali, bahkan jatuhnya tidak tanggung-tanggung, di ketinggian 450 meter di Tower 2 Gunung Parang sepanjang 10 meter.

For rock climbers, fell from a cliff is common when through difficult paths.

But perhaps the story would have been different, if the scene crashed played by talent that never climb at all, even fall no half-hearted, at an altitude of 450 meters in the Mount Parang Tower 2 along 10 meters.

Adegan jatuh di ketinggian 450 meter, cukup bikin jantung talent hampir copot

Disinilah tim Badega Gunung Parang harus ekstra hati-hati, dan menyiapkan semua pengaman dengan sempurna, tidak ada boleh ada kesalahan, dan semua harus di back up, dan di cek ulang tanpa terkecuali.

This is where the team Badega Gun Parang be extra cautious, and prepared all with perfect safety, there should be no errors, and all must be backed up, and cross checked without exception.

Bersyukur, adegan jatuh yang dilakukan sebanyak 2 kali, berhasil dilakukan oleh Abiyoga dengan sempurna, dan membuatnya cukup lama untuk normal kembali.
Terbayang jantung hampir copot ketika harus jatuh sejauh 10 meter diketinggian 450 meter, penyiksaan talent yang sempurna !

Grateful, fall scenes performed 2 times, successfully carried out by Abiyoga perfectly, and make it long enough to get back to normal.

Imagined heart almost dislodged when it should fall as far as 10 meters altitude of 450 meters, torture talent perfect!

Yuk, kita tunggu dan saksikan film petualangan ekstrim dengan citarasa lokal....

Let's wait and see extreme adventure movie with a local flavor ....


Tim Kompas.Com berfoto bersama Badega Gunung Parang

Tuesday, September 22, 2015

Ketika para artis "Air Mata Fatimah" bertemu dengan Bupati Purwakarta

Dwika Andika, Bapak H. Dedi Mulyadi, Anindika Widya berpose bersama setelah acara ramah tamah di Pendopo Kabupaten Purwakarta
Siang yang panas di penghujung musim kemarau 17 September 2015, tidak menyurutkan niat kami bersama para kru dan artis film “Air Mata Fatimah” bertemu dengan Bapak H. Dedi Mulyadi SH, selaku Bupati Purwakarta di Pendopo Kabupaten.

Bersama kami ada Dwika Andika, Anindika Widya, dan sutradara Oka Mahadi beserta kru dari PH Cosmics, sekaligus menyerahkan undangan pemutaran perdana film Air Mata Fatimah dan perkembangan Badega Gunung Parang sejauh ini.

Bupati Purwakarta, Bp. H Dedi Mulyadi SH, menyampaikan salam pembukaan untuk pemutaran film "Air Mata Fatimah"

Secara tidak langsung Bapak H. Dedi Mulyadi SH, menyampaikan pesan dan kesan tentang film Air Mata Fatimah yang telah mengambil lokasi syuting di Badega Gunung Parang, yang secara tidak langsung telah mengangkat salah satu keindahan alam di Purwakarta.

Dan beliau juga menyampaikan visi dan misinya ke depan tentang pengembangan pariwisata di Purwakarta dan lingkar Gunung Parang khususnya. 
Diharapkan melalui film Air Mata Fatimah, kabupaten Purwakarta semakin dikenal lagi di Indonesia.

Badega Gunung Parang bersama para artis dan kru "Air Mata Fatimah"
Tidak hanya berhenti disini, PH Cosmic yang diwakili oleh sutradara Oka Mahadi menyampaikan rencananya untuk membuat satu film lagi yang akan mengambil tempat masih di lingkar Gunung Parang dan sekitarnya, dengan mengambil cerita yang bertemakan religi dan pendidikan.

Pada akhirnya, semua komponen bersinergi di Badega Gunung Parang, mulai dari budayawan, politikus, dan petualang, serta orang kampung untuk membawa nama Indonesia melalui sebuah film.

Bukankah ini sebuah cerita yang indah?


Wednesday, June 3, 2015

Bukan Sembarang Film Dari Para Tamu Tentang Kita

Ingin tahu beragam cerita dan kekonyolan yang dibuat tamu kami selama mereka berpetualang di Badega Gunung Parang, lihat Video-video yang dibuat oleh mereka disini.



Video oleh : HappyCamp 2015



Video oleh : Kawasaki Ninja Club Jakarta




Video oleh : KaneProject


Video oleh : Badega Parang


Kita tunggu video-video yang lain dari anda tentang Badega Gunung Parang !

Monday, May 25, 2015

Trailer Air Mata Fatimah, tayang di YouTube!


Sebuah cerita tentang kesabaran, keiklhasan dan ketabahan dari seorang anak manusia.
Semua terangkum dalam sebuah maha karya "Air Mata Fatimah" yang mengambil lokasinya di Badega Gunung Parang, Purwakarta, Indonesia.

Sedikit banyak dan diakui atau tidak, benang merah cerita ini hampir menyerupai perjalanan Badega Gunung Parang membangun mimpinya sampai hari ini di kaki Gunung Parang.

Saksikan trailernya di You Tube !




Thursday, May 14, 2015

Pembuatan Film “Air Mata Fatimah” di Badega Parang



Para bintang film "Air Mata Fatimah"

Setelah beberapa kali survey ke lokasi Badega Parang, akhirnya tim produser film Air Mata Fatimah memutuskan untuk menggunakan seluruh lokasi Badega Parang untuk menyelesaikan pengambilan film yang bertemakan religi ini.

Sungguh suatu kehormatan bagi kami akhirnya Gunung Parang dikenal oleh para sineas perfilman di tanah air lewat produksi film Air Mata Fatimah, yang rencananya akan ditayangkan pada akhir bulan Ramadhan tahun 2015 ini.

Para "Kiai" difoto dulu sebelum diambil gambarnya
Film yang disutradarai oleh Oka Mahadi bergenre drama religi, diperankan oleh Reza Pahlevi, Jajang C Noer, Anindhika Widya, Oka Sugawa, Dwi Andhika, Reyhan Misscel 2014, Violeta Mongi, Vikri Rasta, Yafi Tessa, Jian Batari dan Dwi Sartika finalis misscel 2014.

Dari rencana 3 hari pengambilan gambar di Badega Parang, akhirnya kru dan artis menghabiskan waktunya selama 14 hari tinggal di Badega, dikarenakan pengambilan gambar dilakukan pada saat puncak musim hujan pertengahan Februari 2015 di wilayah Gunung Parang dan sekitarnya.

Selama dua minggu, Badega Parang sudah seperti Hollywood-nya Indonesia, ketika para artis dan kru film berkumpul dan berbaur bersama-sama penduduk kampung. Dan seperti mimpi di siang bolong, ketika penduduk kampung yang notabene hanya tahu artis-artis dari televisi dan film, kini tinggal dan hidup sehari-hari dengan cara kampung bersama warga kampung Cihuni dan Cisarua.


Proses Pengambilan Gambar di Badega Parang

Tidak ada perbedaan dan cara layanan khusus untuk para artis-artis ini, karena kami menyediakan pelayanan dan akomodasi seperti pada umumnya yang diberikan kepada tamu-tamu lain.
Syuting Air mata Fatimah di Badega Parang

Di awal memang sudah disepakati bersama produser, bahwa kami tidak bisa menyediakan hal-hal yang aneh jika diminta oleh para artis, tetapi kami hanya bisa menyediakan layanan ala kampung, dan sensasi berpetualang disini, serta atmosfir kampung dan budaya sunda jaman dulu.
Vikri Rasta, salah seorang artis dan juga komedian kreatif, bahkan mencoba program Belajar Panjat Tebing di Tower 2 Gunung Parang, dan ujung-ujungnya ketagihan juga untuk mencoba dinding Tower 2 sampai dengan pitch 9 (Teras Besar / 500 mtr). Sebuah awal yang bagus untuk seorang pemula yang tidak bisa dan baru mengenal panjat tebing.

Ke depan beberapa sineas berencana untuk membuat beberapa produksi film dan sinetron di sekitar lingkar Gunung Parang, melihat kondisi alam dan lingkungan Gunung Parang masih alami.
Dan bukannya tidak mungkin suatu ketika sekitar lingkar Gunung Parang menjadi sebuah studio alam raksasa, kita lihat saja nanti.


Film Air Mata Fatimah oleh OK Mahadi

Dwi Andhika dan kawan-kawan

Jujur saja, lokasi Badega Gunung Parang bukan apa-apa dibandingkan lokasi wisata lainnya yang sudah punya nama di Jawa Barat, bahkan di Indonesia. 

Inilah kami dengan apa adanya !